Pages

Tuesday, January 20, 2015

TONGSIS (Monopod or Selfie Stick) & Instant Celebrity

     Tongsis (singkatan dari tongkat narsis) memang fenomenal. Benda satu ini di Indonesia sangat populer, wajib dimiliki oleh mereka yang hobi selfie. Sebelumnya sama sekali gak tertarik beli. Selfie pun masih dilakukan manual, pegang HP dengan tangan sendiri. Saya baru punya tongsis ketika mau berangkat ke Turki dan it is really helpful if you are a solo traveler like me!
    
    Tongsis atau di luar negeri dikenal dengan monopod/unipod/quickpod/selfie stick, sebetulnya merupakan instrument pendukung untuk fotografi seperti tripod. Namun, di Indonesia monopod menjadi identik dengan selfie dan narsis. Nah, bagaimana di luar negeri?Meskipun di banyak negara tongsis ini juga nge-hitzzz, masih banyak loh orang-orang luar negeri yang gak tau benda ini.
Hari pertama saya melanglang tanah Turki, tepatnya di Goreme Open Air Museum Cappadocia, banyak wisatawan negara lain yang selalu memperhatikan saya saat sedang melakukan selfie dengan tongsis ataupun memotret objek dengan tongsis tersebut. Pandangan mata mereka adalah “Lagi apa orang itu?”, “Benda apa itu?” sambil memperhatikan saya. Tapi pada saat yang bersamaan mereka juga tersenyum-senyum dengan aksi saya yang sedang selfie. Banyak dari mereka yang berhenti sebentar untuk memperhatikan apa yang sedang saya lakukan. Penasaran dot com ceritanya… ha ha ha …

     Di Goreme Open Air Museum, saya perhatikan bukan hanya saya satu-satunya yang memakai tongsis untuk selfie. Setidaknya ada 5 orang lain yang sempat saya lihat memegang tongsis juga. Ada wisatawan dari India, Cina, Jepang, Eropa (saya hanya bisa menebak dari fisiknya saja), dan rombongan dari Indonesia. Entah kenapa, saya dapat banyak perhatian. Mungkin karena saya sendirian dan dengan cueknya berfoto ria, sedangkan yang lain minimal berpasangan. Di Istanbul pun, meski sudah lebih banyak orang yang bisa kita jumpai dengan tongsis, tapi tetap saja orang lain akan melihat ke arah kita dan tersenyum saat kita sedang menggunakan tongsis. Antara pengguna tongsis pun akan saling melempar senyum ketika satu sama lain saling tahu atau melihat masing-masing sedang melakukan selfie dengan tongsis. Tatapan mata akan saling bicara “Hey, sama ya kita” atau senyum penuh makna saling mahfum.

      Cerita menarik saat sedang selfie di Goreme Open Air Museum, di depan salah satu monastery, seorang Bapak yang sudah tua, yang kemudian saya tahu berasal dari Austria, nampak sangat tertarik sampai dia berhenti untuk memperhatikan saya, dan tiba-tiba dia melangkah mendekati saya yang sedang dalam posisi selfie sambil berkata “We never come up with the idea for this” dan menunjuk ke tongsis saya. Saya langsung bilang “You can try this, let’s do selfie.”

     Tak berapa lama kemudian, di depan monastery yang berbeda, saat sedang asyik selfie, tiba-tiba seorang pria tua berjalan bergegas mendekati saya, membuat saya sedikit terkejut, dan tanpa permisi langsung berdiri di belakang saya dengan penuh keingintahuan memperhatikan ke arah HP saya. “I just want to know how this works” katanya. Walhasil, saya ulangi lagi foto dengan selfie bersama pria ini. Kemudian ia puas setelah tahu bagaimana cara kerjanya dan saya tunjukkan hasilnya.


"We never come up with the idea for this (selfie stick)"
"I want to know how this (selfie stick) works"


         Selain tongsis, hal menarik lainnya dalam perjalanan ini adalah instant celebrity. Ini hanya istilah saya sendiri, bukan merujuk pada istilah orang biasa yang tiba-tiba kemudian menjadi terkenal karena suatu hal. Menjadi turis di negara orang, maka biasanya kita akan didekati orang lokal yang ingin tahu tentang kita. Mereka akan menyapa dan bertanya asal kita dan membuka percakapan atau berkenalan. Atau, jika kita berada di tempat yang tidak banyak turis atau tempat dimana secara fisik kita berbeda dengan penduduk lokal, sangat umum terjadi kita menjadi pusat perhatian, misalnya seperti yang saya alami ketika saya mbolang ke Srilanka. Ada yang secara malu-malu melihat kita sambil berbisik-bisik dan tersipu saat kita balik melihat mereka sambil tersenyum. Ada pula yang sok akrab menyapa kita sambil menebak negara asal kita.


        Di Istanbul, tepatnya di Hagia Sophia dan sekitarnya, 4-5 kali saya didatangi oleh sekelompok orang, tepatnya kelompok pelajar putri dari Turki dan ibu-ibu dari Syria, yang dengan malu-malu dan bahasa Inggris terbatas dibantu bahasa tubuh, mendekati saya dan bermaksud untuk meminta foto bersama, “Can we take picture with you?” Atau ada yang hanya bilang “Selfie” sambil menunjuk saya, dirinya dan HP-nya. Bahasa Tarzan, hahahaha… Ada yang murni hanya meminta foto bersama saya, ada yang setelah foto kemudian sedikit ngobrol. Padahal ada ratusan wisatawan di Hagia Sophia saat itu. Artinya, saya bukan satu-satunya turis. Lucunya, para pelajar putri tersebut, setelah selesai befoto bersama, mereka heboh sendiri dan sibuk berebutan mau melihat hasil foto. Seperti fans yang habis foto dengan artis favoritnya. Hahaha…



Some students wanted to take picture with me



Sunday, December 21, 2014

Sultan Ahmet Camii (Blue Mosque) - Istanbul Day 2

How to describe my feeling when entering this mosque known because of the blue tiles surrounding the walls of interior design? I felt magic, magic of the Blue Mosque. My eyes were lifted heavenward inside, on the outside: the grandeur of Islamic architecture.

Sultan Ahmet Camii  - view from main entrance

It was just shortly before Maghrib prayer started when I got into this complex. Had not enough time to see the court and exterior in details. Who would want to miss prayer in this beautiful and historical mosque?

Sunday, December 7, 2014

Turkish Food

Saat bepergian ke negara lain tentu selain ingin melihat tempat-tempat yang menjadi tujuan perjalanan kita, tak ketinggalan kita juga ingin merasakan makanan dan minuman khas dari negara tersebut. Saya merasakan beberapa makanan Turki baik karena sudah menjadi tujuan saya untuk mencicipi makanan tersebut, maupun karena makanan tersebut adalah jenis makanan yang bisa saya konsumsi selama berada di sana sesuai budget saya. Makanan dan minuman apa saja yang sudah saya coba di Turki?

Testi Kebab/Pottery Kebab
Testi Kebab adalah makanan khas di Goreme, Cappadocia yang terbuat dari ayam atau daging sapi. Keunikannya adalah makanannya dimasak dalam tembikar di atas api dan saat menyajikannya, pelayan akan memecahkan tembikar ini di meja. Saya memesan chicken testi kebab di My House Café & Restaurant. Penyajiannya adalah sepiring nasi atau pilav dengan salad, sekeranjang roti dan testi kebab. Setelah dibuka, di dalamnya berisi daging ayam dan semacam sayur dengan kuah tomat, rasanya asam segar dan panas.

Testi Kebab or Pottery Kebab in Goreme, Cappadocia


Sahlep
Sahlep atau Salep adalah minuman hangat tradisional Turki yang creamy dan milky dan merupakan jenis minuman yang spesial dan disajikan di musim dingin. Sahlep populer diminum sejak kesultanan Usmaniyah/Ottoman hingga dikonsumsi ke Inggris dan Jerman sebelum kopi dan teh kemudian mulai dikenal. Minuman ini aslinya terbuat dari bubuk sahlep yang dicampur dengan susu, kayumanis dan gula. Bubuk sahlep sendiri terbuat dari akar anggrek. Harganya tentu sangat mahal sekitar 250TL per kilogram!Saat ini sudah jarang bubuk sahlep yang terbuat asli dari akar anggrek. Banyak bubuk sahlep yang dijumpai adalah bubuk dengan perasa buatan.
Saya mencoba sahlep di Goreme, Cappadocia di One Way Café & Restaurant yang letaknya di sisi samping seberang Goreme Otogar (Terminal Bus Goreme). Teksturnya kental, rasa manisnya pas, dan ada rasa manis dan sedikit wangi yang mungkin dimaksudkan dari anggrek.  Harganya saya lupa, karena di café ini saya juga sekaligus menikmati makanan lainnya. Di Istanbul, penjual jalanan menjual dengan harga 2TL.


Sahlep

Saturday, December 6, 2014

Bosphorus Cruise - Istanbul Day 1

    
View from Eminonu port to Galata area

    Setelah dari Dolmabahce Palace, saya melanjutkan ke tujuan berikutnya yaitu ke Eminonu port (iskelesi) untuk  merasakan pengalaman menikmati Selat Bosphorus  dari atas ferry atau kapal. Dari stasiun Eminonu, langsung keluar dan belok kiri, akan terlihat Eminonu port. Sambil berjalan ke arah Galata bridge, banyak orang menawarkan layanan Bosphorus Cruise. Rencana awal inginnya menggunakan kapal dari Sehir Hatlari atau Turyol. Tapi saat sampai di sales office Sehir Hatlari, jadwal berangkatnya masih 45 menit lagi, belum kalau harus menungggu waktu untuk menaikkan penumpangnya karena kapal Sehir Hatlari ini besar. Sambil menimbang-nimbang saya mencoba menyusuri Eminonu port untuk mencari ferry-ferry lain.


Sehir Hatlari 
Sehir Hatlari ticket office at Eminonu port

     Di ujung dekat Galata bridge, tampak antrian orang yang hendak naik sebuah ferry. Setelah bertanya ke sepasang turis dari Amerika, ternyata benar ferry itu akan membawa penumpang dengan jalur yang sama seperti Short Cruise-nya Sehir Hatlari dan Turyol dengan biaya yang lebih murah 10TL dan waktu 1.5 jam. Akhirnya saya putuskan untuk naik ferry Doganyurt ini. Sebelum naik, penumpang tinggal memberikan uang kepada seorang pria yang berdiri di pinggir ferry. Kemudian kita naik dan bebas memilih tempat duduk.

Monday, December 1, 2014

Dolmabahce Palace – Istanbul Day 1


Dolmabahce Palace (atau dalam bahasa Turki: Dolmabahçe Sarayi) adalah istana Kerajaan Ottoman dari 1856-1922 dan berada di distrik Besiktas. Tempat ini menjadi tujuan pertama saya di Istanbul, selain karena terkait dengan itinerary yang saya bagi menjadi 3 area yaitu Europe side-new city, Europe side-old city, dan Asia side, juga karena tiap hari Kamis istana ini tutup.

Setelah menikmati sarapan pertama saya di Istanbul yang disediakan hotel, saya tinggal berjalan kaki sekitar 5 menit menuju station şişhane untuk naik Metro (underground trains) M2 ke Taksim dan kemudian berganti menggunakan Tünel/Funiküler F1 menuju stasiun Kabataş. Saya suka sekali dengan interior di stasiun-stasiun Istanbul, selalu ada hiasan keramik Turki dengan desain khas-nya.

Entrance to Sishane Station

Tiles decoration at Sishane Station wall



Keluar dari stasiun Kabataş, mata saya langsung memandang area yang terintegrasi untuk transportasi. Yup, di seberang terdapat terminal kecil untuk bus, pelabuhan, dan pangkalan taxi sedangkan di sisi kiri stasiun terdapat stasiun tramvay. Lengkap dan memudahkan mobilitas kan?


Taxi and ferry, all are available

Bus Stop


Saya menyebrang dari stasiun dan menyusuri pinggiran Selat Bosphorus menuju istana Dolmabahçe. Banyak ferry yang bersandar di pelabuhan ini serta layanan penyewaan yacht yang menghubungkan dengan Uskudar di sisi Asia ataupun dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya.Setelah melewati sebuah masjid, tampak kompleks istana Dolmabahçe.

Boat and Yacht rent place

Boats waiting for passengers

Mosque near Dolmabahce Palace