Tapi bagaimana jika anda belum memiliki paspor?Pastilah terbayang kerepotan dalam pengurusannya yang membuat kita merasa malas. Atau mungkin membayangkan harus dealing with oknum-oknum imigrasi yang memanfaatkan posisi mereka untuk memperoleh income tambahan. Saya pun sempat berpikir demikian. Meski saya sempat membaca di media massa, telah dilakukan berbagai perbaikan pelayanan dan dibuat peraturan baru imigrasi, tetap saja ada rasa sangsi. Berhubung saya belum punya paspor, padahal saya harus segera booking tiket salah satu airlines yang sedang promo tiket murah, maka segeralah saya mengurus paspor di kantor imigrasi. Informasi dari seorang teman yang telah memiliki paspor juga turut menurunkan derajat kesangsian saya terhadap birokrasi pelayanan pemerintah ini.
Akhirnya, saya pun mendatangi kantor imigrasi. Kunjungan saya yang pertama kali ini untuk memperoleh informasi yang lengkap terkait dengan dokumen-dokumen yang harus saya siapkan dan membeli map yang berisi formulir data paspor. Kunjungan yang kedua adalah untuk memasukkan data yang telah saya isi dan dokumen pendukung serta untuk verifikasi data. Saat memasuki ruangan kantor imigrasi, banyak sekali orang yang menunggu antrian sambil duduk. Namun ternyata saya tidak perlu khawatir, karena antrian menggunakan mesin nomer antrian sehingga semuanya berjalan tertib. Setelah saya memasukkan dokumen ke loket 5 dan memperoleh nomer antrian, saya pun menunggu untuk proses verifikasi data di loket 2. Pada proses verifikasi data, petugas meminta saya menunjukkan dokumen asli kemudian mengeceknya. Setelah itu petugas memberikan tanda bukti berupa selembar kertas dan di dalamnya terdapat informasi tahap lanjutan yang harus saya lakukan keesokan harinya: foto dan interview. Wah, makin excited nih.
Saya menghubungi teman saya untuk menanyakan apa saja yang harus saya lakukan pada tahap foto dan interview. Rasanya udah gak sabar ingin segera memegang paspor di tangan. Di rumah, saya memikirkan baju apa yang akan saya kenakan untuk sesi foto. "Meskipun hanya berupa pas foto, tapi harus tampak keren nih. Kan buku kecil ini akan mengantar saya melanglang buana" pikir saya. Baju dan sepatu udah ok. Besok, foto di pasporku pasti siiip ;)
Namun.... sayangnya optimisme itu memudar. Malam harinya karena suatu hal, perasaan mellow yellow melanda dan harus begadang. Consequently, pagi harinya, ada bayangan hitam di bawah mata. Wakkkss... What to do?Make-up, plus senyum dan membangun semangat positif menjadi cara menghadapi pagi itu. "Semangatttt!! Hari ini kamu akan foto dan interview for your passport".
Saya pun berangkat menuju kantor imigrasi. Mengambil nomer antrian di loket 5, menunggu untuk membayar biaya paspor, membayar di loket 2. Duduk lagi dan menunggu bukti pembayaran sambil memperhatikan suasana kantor imigrasi. Nama saya dipanggil, dan saatnya menunggu sesi foto dan interview.
Akhirnya, nomer saya terpampang di papan display. Saya pun memasuki ruang foto dan interview. Saya melempar senyum pada petugas foto, tapi oh la la, dia tidak membalas senyum saya. Hmmm... kurang ramah petugasnya. Seorang pria muda. Ia meminta saya duduk dan mengarahkan posisi pengambilan pas foto. Dengan petugas yang dingin dan kaku, niat untuk memberikan senyum manis untuk foto pasporpun buyarlah sudah. Ia hanya bilang, "kurang ke kanan, kurang ke bawah, agak nunduk" Then suddenly, tanpa hitungan satu, dua, tiga, click! What??? Hey, I wasn't quite ready! Wah, wah... Saya pun hanya memendam rasa kesal dalam hati dan melanjutkan permintaan petugas itu untuk sidik jari. Sudahlah, semoga saja hasilnya gak jelek-jelek banget. Then, saya menunggu nama saya dipanggil untuk wawancara.
Kali ini petugasnya seorang wanita muda. Saya pun tersenyum padanya saat ia mempersilakan saya duduk. Tapi, tampaknya ia berusaha untuk menjaga wibawa dengan tidak membalas senyum dan sedikit canggung karena saya tersenyum padanya. Bukankah wibawa berbeda dengan sikap ramah? Seseorang tidak harus kehilangan wibawanya karena ia tersenyum bukan?
Anyways, petugas itu pun menanyakan beberapa pertanyaan yang pada dasarnya adalah mengenai data-data saya, seperti nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, nama orang tua. Ia juga menanyakan negara dan tujuan perjalanan saya. Kemudian ia meminta saya menandatangani 2 buah kertas. Di salah satu kertas itu tercetak foto saya tadi, dalam ukuran kecil. "Itu fotoku tadi??" dalam hati saya bertanya. Sedikit kecewa, karena hasilnya tak sebagus yang saya harapkan.
Nasib.....
Petugas tadi memberikan tanda bukti untuk pengambilan paspor yang bisa saya ambil setelah 3 hari kerja. Sebelum meninggalkan ruangan interview itu, saya menyempatkan menekan tombol customer satisfaction' di dekat pintu. Saya pun menekan tombol cukup puas. Yah, average memang, karena menurut saya seharusnya petugas imigrasi dapat melayani dengan lebih ramah tanpa harus kehilangan kewibawaan dan ketegasan yang menjadi tuntutan kerja mereka.
Namun.... sayangnya optimisme itu memudar. Malam harinya karena suatu hal, perasaan mellow yellow melanda dan harus begadang. Consequently, pagi harinya, ada bayangan hitam di bawah mata. Wakkkss... What to do?Make-up, plus senyum dan membangun semangat positif menjadi cara menghadapi pagi itu. "Semangatttt!! Hari ini kamu akan foto dan interview for your passport".
Saya pun berangkat menuju kantor imigrasi. Mengambil nomer antrian di loket 5, menunggu untuk membayar biaya paspor, membayar di loket 2. Duduk lagi dan menunggu bukti pembayaran sambil memperhatikan suasana kantor imigrasi. Nama saya dipanggil, dan saatnya menunggu sesi foto dan interview.
Akhirnya, nomer saya terpampang di papan display. Saya pun memasuki ruang foto dan interview. Saya melempar senyum pada petugas foto, tapi oh la la, dia tidak membalas senyum saya. Hmmm... kurang ramah petugasnya. Seorang pria muda. Ia meminta saya duduk dan mengarahkan posisi pengambilan pas foto. Dengan petugas yang dingin dan kaku, niat untuk memberikan senyum manis untuk foto pasporpun buyarlah sudah. Ia hanya bilang, "kurang ke kanan, kurang ke bawah, agak nunduk" Then suddenly, tanpa hitungan satu, dua, tiga, click! What??? Hey, I wasn't quite ready! Wah, wah... Saya pun hanya memendam rasa kesal dalam hati dan melanjutkan permintaan petugas itu untuk sidik jari. Sudahlah, semoga saja hasilnya gak jelek-jelek banget. Then, saya menunggu nama saya dipanggil untuk wawancara.
Kali ini petugasnya seorang wanita muda. Saya pun tersenyum padanya saat ia mempersilakan saya duduk. Tapi, tampaknya ia berusaha untuk menjaga wibawa dengan tidak membalas senyum dan sedikit canggung karena saya tersenyum padanya. Bukankah wibawa berbeda dengan sikap ramah? Seseorang tidak harus kehilangan wibawanya karena ia tersenyum bukan?
Anyways, petugas itu pun menanyakan beberapa pertanyaan yang pada dasarnya adalah mengenai data-data saya, seperti nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, nama orang tua. Ia juga menanyakan negara dan tujuan perjalanan saya. Kemudian ia meminta saya menandatangani 2 buah kertas. Di salah satu kertas itu tercetak foto saya tadi, dalam ukuran kecil. "Itu fotoku tadi??" dalam hati saya bertanya. Sedikit kecewa, karena hasilnya tak sebagus yang saya harapkan.
Nasib.....
Petugas tadi memberikan tanda bukti untuk pengambilan paspor yang bisa saya ambil setelah 3 hari kerja. Sebelum meninggalkan ruangan interview itu, saya menyempatkan menekan tombol customer satisfaction' di dekat pintu. Saya pun menekan tombol cukup puas. Yah, average memang, karena menurut saya seharusnya petugas imigrasi dapat melayani dengan lebih ramah tanpa harus kehilangan kewibawaan dan ketegasan yang menjadi tuntutan kerja mereka.
Lima hari kemudian saya baru sempat mengambil paspor saya. Dengan hati gembira, saya menerima paspor dari petugas. Eh, tunggu dulu, saya harus mengecek data diri saya yang tertulis di paspor sudah benar atau belum. Ribet urusannya kalau ada data yang salah diketik oleh petugas (pengalaman saat bikin KTP dan SIM). Dan, bagaimana hasil foto saya?Not exactly like what i expected. Tapi, ya sudahlah. I have my passport now !!!
Let's travel around the world!
No comments:
Post a Comment