Tongsis (singkatan dari tongkat narsis) memang fenomenal. Benda satu ini di Indonesia sangat populer, wajib dimiliki oleh mereka yang hobi selfie. Sebelumnya sama sekali gak tertarik beli. Selfie pun masih dilakukan manual, pegang HP dengan tangan sendiri. Saya baru punya tongsis ketika mau berangkat ke Turki dan it is really helpful if you are a solo traveler like me!
Tongsis atau di luar negeri dikenal dengan monopod/unipod/quickpod/selfie stick, sebetulnya merupakan instrument pendukung untuk fotografi seperti tripod. Namun, di Indonesia monopod menjadi identik dengan selfie dan narsis. Nah, bagaimana di luar negeri?Meskipun di banyak negara tongsis ini juga nge-hitzzz, masih banyak loh orang-orang luar negeri yang gak tau benda ini.
Hari pertama saya melanglang tanah Turki, tepatnya di Goreme Open Air Museum Cappadocia, banyak wisatawan negara lain yang selalu memperhatikan saya saat sedang melakukan selfie dengan tongsis ataupun memotret objek dengan tongsis tersebut. Pandangan mata mereka adalah “Lagi apa orang itu?”, “Benda apa itu?” sambil memperhatikan saya. Tapi pada saat yang bersamaan mereka juga tersenyum-senyum dengan aksi saya yang sedang selfie. Banyak dari mereka yang berhenti sebentar untuk memperhatikan apa yang sedang saya lakukan. Penasaran dot com ceritanya… ha ha ha …
Di Goreme Open Air Museum, saya perhatikan bukan hanya saya satu-satunya yang memakai tongsis untuk selfie. Setidaknya ada 5 orang lain yang sempat saya lihat memegang tongsis juga. Ada wisatawan dari India, Cina, Jepang, Eropa (saya hanya bisa menebak dari fisiknya saja), dan rombongan dari Indonesia. Entah kenapa, saya dapat banyak perhatian. Mungkin karena saya sendirian dan dengan cueknya berfoto ria, sedangkan yang lain minimal berpasangan. Di Istanbul pun, meski sudah lebih banyak orang yang bisa kita jumpai dengan tongsis, tapi tetap saja orang lain akan melihat ke arah kita dan tersenyum saat kita sedang menggunakan tongsis. Antara pengguna tongsis pun akan saling melempar senyum ketika satu sama lain saling tahu atau melihat masing-masing sedang melakukan selfie dengan tongsis. Tatapan mata akan saling bicara “Hey, sama ya kita” atau senyum penuh makna saling mahfum.
Cerita menarik saat sedang selfie di Goreme Open Air Museum, di depan salah satu monastery, seorang Bapak yang sudah tua, yang kemudian saya tahu berasal dari Austria, nampak sangat tertarik sampai dia berhenti untuk memperhatikan saya, dan tiba-tiba dia melangkah mendekati saya yang sedang dalam posisi selfie sambil berkata “We never come up with the idea for this” dan menunjuk ke tongsis saya. Saya langsung bilang “You can try this, let’s do selfie.”
Tak berapa lama kemudian, di depan monastery yang berbeda, saat sedang asyik selfie, tiba-tiba seorang pria tua berjalan bergegas mendekati saya, membuat saya sedikit terkejut, dan tanpa permisi langsung berdiri di belakang saya dengan penuh keingintahuan memperhatikan ke arah HP saya. “I just want to know how this works” katanya. Walhasil, saya ulangi lagi foto dengan selfie bersama pria ini. Kemudian ia puas setelah tahu bagaimana cara kerjanya dan saya tunjukkan hasilnya.
"We never come up with the idea for this (selfie stick)" |
"I want to know how this (selfie stick) works" |
Selain tongsis, hal menarik lainnya dalam perjalanan ini adalah instant celebrity. Ini hanya istilah saya sendiri, bukan merujuk pada istilah orang biasa yang tiba-tiba kemudian menjadi terkenal karena suatu hal. Menjadi turis di negara orang, maka biasanya kita akan didekati orang lokal yang ingin tahu tentang kita. Mereka akan menyapa dan bertanya asal kita dan membuka percakapan atau berkenalan. Atau, jika kita berada di tempat yang tidak banyak turis atau tempat dimana secara fisik kita berbeda dengan penduduk lokal, sangat umum terjadi kita menjadi pusat perhatian, misalnya seperti yang saya alami ketika saya mbolang ke Srilanka. Ada yang secara malu-malu melihat kita sambil berbisik-bisik dan tersipu saat kita balik melihat mereka sambil tersenyum. Ada pula yang sok akrab menyapa kita sambil menebak negara asal kita.
Di Istanbul, tepatnya di Hagia Sophia dan sekitarnya, 4-5 kali saya didatangi oleh sekelompok orang, tepatnya kelompok pelajar putri dari Turki dan ibu-ibu dari Syria, yang dengan malu-malu dan bahasa Inggris terbatas dibantu bahasa tubuh, mendekati saya dan bermaksud untuk meminta foto bersama, “Can we take picture with you?” Atau ada yang hanya bilang “Selfie” sambil menunjuk saya, dirinya dan HP-nya. Bahasa Tarzan, hahahaha… Ada yang murni hanya meminta foto bersama saya, ada yang setelah foto kemudian sedikit ngobrol. Padahal ada ratusan wisatawan di Hagia Sophia saat itu. Artinya, saya bukan satu-satunya turis. Lucunya, para pelajar putri tersebut, setelah selesai befoto bersama, mereka heboh sendiri dan sibuk berebutan mau melihat hasil foto. Seperti fans yang habis foto dengan artis favoritnya. Hahaha…
Some students wanted to take picture with me |